Selasa, 08 Oktober 2019

Bobolnya Penjara Kalisosok (1)
 
Penjara Kalisosok menyimpan seribu kisah yang menurut beberapa sumber merupakan penjara paling brutal. Mulai dibangun oleh Herman Williem Daendels yang saat itu menjabat sebagai gubernur jenderal Hindia Belanda yang ke 36.
   Banyak pejuang kemerdekaan Indonesia pernah merasakan kejamnya penjara Kalisosok. Terutama pada masa tahun 1940 sampai dengan 1943 ketika kita masih berjuang memerdekakan diri dari kekejaman Jepang. Menurut beberapa sumber, sebelum kemerdekaan, tempat pengasingan bawah tanah penjara ini masih kerap digunakan untuk memenjarakan narapidana.
   Namun setelah 1945, ruangan bawah tanah sudah tak lagi digunakan. Penjara ini memang disebut-sebut sebagai tempat yang paling ditakuti para narapidana lantaran tempatnya yang sempit, gelap, dan pengap. Bayangkan saja dalam satu ruangan yang kapasitasnya hanya 20 orang, dipaksa agar dapat ditempati 90 orang. dalamkisahinimalahdihuni112orang
   Dinding antar bilik juga dibuat sangat tebal dan kuat, sehingga paku tidak bisa ditancapkan. Dulunya penjara bawah tanah ini juga digunakan sebagai tempat penyiksaan, sehingga konon, menurut cerita orang, sekarang masyarakat sekitar sering mendengar suara teriakan meminta tolong setiap malam dari dalam tembok penjara. Bahkan sekarang pun hampir setiap orang yang melewatinya seketika akan merinding karena saking menyeramkannya penjara tersebut.
   Di antara seribu kisah tentang penjara Kalisosok ini, terseliplah sebuah kisah heroik yang tidak banyak diketahui orang, dan tidak tercatat dalam buku-buku sejarah namun tetap membanggakan untuk diceritakan kepada anak cucu.
   Kisah ini ditulis oleh ayahku IsmokoMestokoAlmarhum yang pada masa mudanya adalah seorang prajurit dengan pangkat Sersan Mayor CPM. Pada saat perang kemerdekaan di Surabaya beliau ikut bertempur di bawah komando Kapten CPM Abdul Gani. Setelah peristiwa pertempuran di Surabaya yang terkenal heroik itu, ayah bersama beberapa orang rekannya tertangkap oleh tentara Belanda dan dikirim ke penjara Bubutan Surabaya. Berikut adalah penuturan almarhum ayah yang ditulis beberapa saat sebelum beliau meninggal 1983. Tulisan ini sengaja tidak ku ubah, sehingga menggambarkan tulisan dengan gaya penuturan lama.


Inilah kisahnya:

   Beberapa waktu berselang, pernah kita membaca di surat-surat kabar, berita tentang pemberontakan nekad dari beberapa narapidana di rumah penjara Sing Sing, New York. Pemberontakan dapat dikuasai lagi oleh Polisi Federal setelah jatuh beberapa korban dari kedua belah pihak.
   Tidak kalah nekadnya dengan pemberontakan a-la Sing Sing tersebut, sepengetahuan penulis juga pernah 2 dua kali terjadi di bumi Indonesia, semasa revolusi physick pada tahun 1945 – 1949. Yang pertama terjadi kira-kira pada pertengahan bulan Juni 1948 di rumah penjara Kalisosok Surabaya, dan yang kedua pada kira-kira bulan Februari 1949 di rumah penjara Lowokwaru Malang.
   Kisah yang akan diceritakan di sini, terjadi sudah terlampau kadaluwarsa, sehingga penulis sendiri sudah ingat-ingat lupa, maka dari itu kepada segenap kawan seperjuangan yang mengikuti petualangan ini dan secara kebetulan membaca kisah ini, suka mmberikan keterangan-keterangan dan data-data pelengkap. Yah..tentusekarangtidakmungkinlagi,tapisiapatahumasihadayanghidupataumungkinanak,cucuataukeluarganyaadayangkebetulanbacablogini,bisaberkenalandanberbagikan…
   Terjadi kira-kira pada awal tahun 1948, Kamp tawanan di Bubutan Surabaya sudah penuh sesak. Dengan kira-kira 230 orang kawan seperjuangan lainnya, kami dipindah ke rumah penjara Kalisosok dan ditempatkan di bagian “Doortrekken”. Bagian Doortrekken ini adalah bagian untuk penahanan sementara dan merupakan complex tersendiri dari rumah penjara ini, terdiri dari 2 los bangsal bertingkat, memanjang dan masing-masing berukuran 6 x 24 meter dengan satu pintu masuk dan 4 jendela berterali besi.


Kelompok kami terdiri dari 5 orang, yaitu sdr. Soesanto, sdr. Icksan, dan sdr. Adjis dengan adiknya dan saya sendiri. Secara kebetulan kami ditempatkan di bangsal bawah dekat jendela, suatu keuntungan yang tak terhingga karena hawa Surabaya yang cukup panas.

   Di antara kawan senasib terdapat antara lain ex. Kol. Cholik Hasyim dari Tebu Ireng, ex. Mayor Warsito dari Madura, es. Kapten CPM Abdul Gani, ex. Kapten Main dari Aceh dan lain-lain. Kemudian para tahanan tersebut belakangan dipindah ke lain tempat.

   Keadaan di dalam bangsal yang diisi dengan 112 orang betul-betul pengab dan panas. Cukup panas untuk tidak memadamkan semangat juang para prajurit yang disekap di dalamnya.
   Setiap hari kami diberi kesempatan 3x untuk keluar dari bangsal, yi. Pada waktu mengambil ransum makanan, dan 2x seminggu untuk cuci pakaian dan mandi di kamar mandi yang letaknya tidak jauh dari bangsal.
   Tidak jarang kami berpura-pura sakit untuk dapatnya pergi ke balai pengobatan yang letaknya di sudut lain dari rumah penjara. Di Balai Pengobatan ini kami selalu disambut oleh juru rawat seorang Indo-Belanda setengah umur, dengan bentakan-bentakan, “anjing-anjing Soekarno”, “bangsat-bangsat Republiek”, dan lain-lain. Akan tetapi anehnya dia melaksanakan kewajibannya dengan baik, tidak nampak kekejaman, kekasaran dan lain sebagainya. Maka kami tidak dibuat kapok untuk berkunjung ke balai pengobatan ini.

To be continued….

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna Veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat.

Contact

Send Us A Email

Address

ContactInfo

Belajar bersama merajut karakter anak bangsa

Address:

Banyuwangi

Phone:

+62

Email:

smestoko@gmail.com